Iklan

Iklan

,

Iklan

Mahasiswi KKN UNDIP Manfaatkan Limbah RT Organik Jadi Pakan Ternak Ruminansia

Kartininews
22 Nov 2022, 23:05 WIB Last Updated 2022-11-22T16:24:04Z

Jepara - Limbah rumah tangga (LRT) merupakan bahan sisa yang dihasilkan dari kegiatan RT. Limbah rumah tangga terbagi menjadi limbah RT organik dan limbah RT anorganik. Limbah RT anorganik berupa plastik, kaleng dan semua jenis kemasan yang sulit mengalami pembusukan. Limbah RT organik berupa sisa sayur, buah, kemasan kertas, tisu dan sisa makanan. 


Limbah RT organik atau dikenal juga dengan sebutan limbah RT biodegradable merupakan sebutan untuk sampah yang dapat terurai secara hayati dan berasal dari tumbuhan atau hewan. Limbah RT organik tetap dapat berkontribusi terhadap produksi gas rumah kaca (metana) meskipun dapat terurai. 

Masyarakat Desa Teluk Awur, Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara, khususnya ibu RT membutuhkan edukasi dalam mengelola limbah agar menghasilkan dampak yang positif bagi lingkungan maupun kesehatan. Lingkungan yang sehat dan bersih akan memberikan kondisi lingkungan yang nyaman dan tentram serta berkurangnya penyakit yang dapat terjadi yaitu ISPA, Diare, DBD serta penyakit lainnya yang disebabkan oleh faktor lingkungan yang kurang sehat.

Pengelolaan limbah RT organik khususnya rumah tangga harus dilakukan secara aktif untuk mengurangi jumlah limbah RT yang ada dan memanfaatkan nilai guna yang masih terkandung dalam limbah RT itu sendiri.

Oleh karena itu, pada Senin (14/11/22) mahasiswa KKN Tematik Universitas Diponegoro (Undip) yang bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan juga Bank Sampah Induk (BSI) Kabupaten Jepara memberikan sosialiasai mengenai pengelolaan limbah RT khususnya limbah RT organik menjadi sebuah produk yang memiliki nilai guna dan juga nilai jual. Salah satu produk yang dapat dihasilkan dari pengelolaan limbah RT yaitu pakan ternak.

Anis, perwakilan DLH Jepara menjelaskan mengenai Desa Mandiri Sampah dengan menghimbau kepada masyarakat Desa Teluk Awur untuk dapat meningkatkan pengelolaan sampah yang dimulai dari skala rumah tangga dengan cara melakukan pemilahan untuk limbah RT organik dan limbah RT anorganik, sehingga dapat tercipta lingkungan yang bersih dan juga sehat.

”Limbah RT anorganik bisa diolah jadi kerajinan yang punya nilai jual, untuk limbah RT organik bisa diolah jadi pupuk kompos, pupuk organik cair dan juga pakan ternak misalnya silase dan maggot yang menggunakan lalat Black soldier fly (BSF) atau lalat tentara hitam sebagai pengurai." kata Anis.

Menindaklanjuti kegiatan sosialisasi yang telah dilaksanakan sebelumnya bersama dengan DLH dan BSI Kabupaten Jepara, pada Jumat (18/11/22), Likha, salah satu mahasiswi KKN Tematik Undip, melakukan sosialisasi door to door terhadap peternak yang ada di Desa Teluk Awur mengenai bagaimana pembuatan pakan ternak ruminansia dari limbah organik rumah tangga. 


Pakan ternak Ruminansia menjadi salah satu produk pilihan yang dapat dihasilkan dari pengelolaan limbah RT organik karena berdasarkan data yang diperoleh, banyak masyarakat Desa Teluk Awur yang menjadi peternak tradisional. 

Faktanya, ternak masyarakat diumbar di lahan terbuka dari pagi hingga sore dan mencari makanannya sendiri, bahkan akibat sampah tidak dikelola dengan baik dan tidak hanya dibuang di satu tempat, maka ternak yang diumbar memakan sampah seperti plastik karena kurangnya ketersediaan pakan rumput hijauan di ladang penggembalaan akibat tertutup oleh tumpukan sampah. 

Dalam kegiatan sosialisasi, Likha, menjelaskan mengenai limbah RT organik apa saja yang tidak dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sebab tidak semua limbah RT organik dapat diolah menjadi pakan ternak.

“Limbah RT Organik seperti wortel dan sawi tidak dapat dijadikan silase karena mudah busuk, namun dapat diolah untuk menjadi pakan ayam dan lele” jelas Likha. 

Selain menyampaikan materi mengenai tata cara pembuatan pakan ternak yaitu silase dari limbah RT organik, dalam kegiatan sosialisasi juga dilakukan sesi wawancara dan tanya jawab mengenai permasalahan dan kendala yang dihadapi peternak Desa Teluk Awur.

“Disini, ternak dipelihara dengan cara dicancang dan diumbar, kasih pakan juga cuma rumput hijauan apa adanya. Kalau mau beli konsentrat mahal sekitar Rp 8.000,00/kg dan disini tidak ada yang jual, harus menempuh jarak ± 10 km untuk beli konsentrat” jelas Sutriman, salah satu peternak sapi potong yang ada di Desa Teluk Awur, Tahunan, Jepara.

Tidak hanya itu, terdapat beberapa peternak yang mengatakan bahwa selama ini tidak pernah ada penyuluhan ataupun pelatihan mengenai pakan ternak Ruminansia. Kurangnya ilmu serta pendampingan dari pihak terkait yang menyebabkan peternak Desa Teluk Awur tidak optimal dalam memelihara ternak yang dimilikinya.


Mahasiswa berharap dengan adanya sosialisasi tersebut, peternak dapat memanfaatkan limbah RT organik sebagai pakan ternak yang memiliki kandungan nutrisi cukup baik, sehingga dapat mengurangi dampak negatif akibat limbah RT dan mengubahnya menjadi dampak positif yang menguntungkan. (Baqiyatus)

Iklan